Rapat online dengan whatsapp? Siapa takut.

Rapat online menjadi hal yang sudah lumrah dilakukan oleh organisasi ataupun bahkan sebuah lembaga. Fasilitas yang sering mereka gunakan sebelum whatsapp adalah Facebook. Ya, mereka sering menggunakan facebook untuk rapat online karena fasilitas facebook yang memungkinkan dijalankan dari laptop atau PC. Selain itu facebook juga mengijinkan membuat group dalam fasilitas chating nya sehingga hanya orang yang diundang saja yang dapat berinteraksi dalam pembicaraan. Sementara itu whatsapp dirasakan kurang baik untuk rapat online  mengingat agak sulit menggunakan whatsapp dengan laptop atau PC.

Tetapi seiring dengan perkembangannya, kini whatsapp menyediakan fasilitas yang sangat menarik sehingga rapat online dengan whatsapp menjadi sesuatu yang menjadi trend di dunia organisasi. Salah satu fasilitas yang memungkinkan seseorang untuk ber Whatsapp an dengan PC atau laptop, seperti ketika menggunakan android ataupun handphone.

Adapun langkah untuk mengaktifkan nya adalah:

1. Buka https://web.whatsapp.com/

2. Di dalam layar akan nampak kode sebagaimana  terlihat pada gambar berikut:

3. Pidailah kode yang ada di layar laptop atau PC tersebut dengan dengan hanphone Anda, caranya aktifkan WA di handphone Anda lalu klik whatsapp web  (perhatikan gambar di bawah )


4. Setelah terpindai maka otomatis akun whatsapp Anda sudah login di whatsap versi webiste seperti gambar di bawah dan Anda sudah bisa Wa nan dengan PC atau laptop. Browser yang dapat digunakan adalah browser google chrome. Selamat mencoba.




posted under | 1 Comments

Menulis, Semudah Menuangkan Air [Proses Menulis 17]


Nah, setelah kemarin saya posting tentang Menulis: Kembali ke Fitrah Manusia, kini akan kita lanjutkan pada janji saya, untuk menulis dengan judul, Menulis Semudah Menumpahkan Air.
Bagaimana jika di hadapan Anda ada sebuah ember berisi air penuh, kemudian Anda diminta untuk menumpahkan air itu, mudah atau sulit menurut Anda. Kalau masih sulit bagaimana kalau air dalam ember itu kita kurangi sehingga menjadi seper-enamnya, menurut Anda mudah atau sukar menumpahkan air dalam ember itu? Yups, kalau Anda menjawab mudah, maka sebenarnya kegiatan menulis jauh lebih mudah dan ringan dari pekerjaan menumpahkan air dalam ember tersebut. Ah, masaaaaaaaak?

Saking mudahnya, sampai ada yang mengatakan bahwa menulis itu seperti makan masakan Padang, awalnya terasa pedas, kemudian pedasnya berangsur hilang yang tinggal hanyalah nikmatnya.

Kegiatan menulis adalah kegiatan yang dilakukan manusia setiap hari, bahkan sejak ia masih berada di SD. Bukankah setiap hari kita berhadapan dengan sesuatu. Bukankah sesuatu itu kita inginkan, masuk ke memori pikiran kita, bukankah setiap harinya pikiran kita selalu dimasuki oleh informasi apapun, baik informasi yang kita lihat maupun yang kita dengar. Nah, pada saat kita berhadapan dengan sesuatu itu lalu kita menginginkan agar sesuatu itu tersimpan dalam pikiran kita, pada dasarnya kita sedang melakukan kegiatan menulis. Ya, menulis dalam pikiran, menulis dalam otak kita.

Hups, jangan mengernyitkan kening dulu. Begini, bukankah orang yang menulis, mengetikkan huruf-huruf dengan keyboard atau apa saja yang bisa ia gunakan untuk menulis, itu pada dasarnya dia sedang menuliskan kembali apa-apa yang pernah dia simpan di pikirannya, di otaknya. Nah, jadi jelas kan sekarang bahwa pada dasarnya menulis itu selalu dilakukan oleh manusia, tidak peduli apakah anak-anak, orang dewasa ataupun orang tua. Tidak peduli juga apakan ia sehat atau sedang sakit. Semua orang setiap harinya pasti melakukan kegiatan menulis, sekali lagi menulis di otak.

Jadi lebih mudah mana menulis, meski hanya menulis di otak dengan menumpahkan air dari ember? Lebih mudah menulis, kan? Menumpahkan air sedikit banyak membutuhkan tenaga. Sedangkan menulis di otak tidak membutuhkan apa-apa, ya sekedar melihat atau mendengar saja, lalu secara refleks otak akan mencatatnya dalam memori.

Kalau demikian, apa susahnya menulis? Apa susahnya mengungkapkan kembali apapun yang ada dalam pikiran kita menjadi sebuah deretan huruf yang membentuk kata, dan deretan kata yang membentuk kalimat? Mudah bukan?

Mungkin kemudian Anda akan membantah, lha nanti kalau tulisan kita tidak dimuat, tidak dibaca, atau Anda beralasan dengan segudang alasan lain yang bisa Anda lontarkan. Silakan Anda berargumentasi sebanyak dan sepuas Anda kalau Anda hanya punya keinginan menulis saja tanpa mau menulis, dan Anda akan berhenti di situ saja. Selamanya, Anda tidak akan pernah menjadi penulis. Karena sebenarnya menulis itu melakukan bukan ingin menulis, begitu kurang lebih kalimat yang pernah ditulis oleh Ersis Warmannsyah Abbas dalam bukunya, Suer, Nulis itu Mudah.

Nah, jadi kalau Anda ingin menulis ya, menulis saja, titik. Masalah mau dibaca, mau dimuat di media atau mau diapakan peduli amat, pokoknya menulis dan menulis, gunakan otak kanan untuk memulianya. Coba baca ulang postingan kemarin, Menulis: Kembali ke Fitrah Manusia.

Maka, sebenarnya, kalau otak Anda masih jalan dan tangan Anda bisa Anda gerakkan untuk menulis, selesai membaca artikel ini Anda akan langsung bisa menulis. Kalau nggak percaya, praktikkan saja.

posted under | 0 Comments

Kembali ke Fitrah Manusia [Proses Menulis 16]


Lho, katanya pada postingan dulu, judul postingan selanjutnya adalah menulis semudah menumpahkan air, kok sekarang judulnya Kembali ke Fitrah Manusia, wah tidak konsekuen benar ini orang.

Hehehe, tenang, setelah saya pikir-pikir saya berkesimpulan ini dulu yang harus saya tulis. Untuk judul atau tulisan Menulis Semudah Menumpahkan Air, tetap akan saya posting setelah tulisan ini. Tapi, narsis ndak ya judul tersebut, Kembali ke Fitrah Manusia? Kayak judul ceramaah agama ya. Tapi ndak papa lah. Namanya juga manusia pasti pinginnya juga kembali ke fitrahnya.
Begini, menulis merupakan keterampilan yang membutuhkan kerja otak. Sebagaimana diketahui bahwa otak terbagi menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri. Otak kanan bersifat spontan, penuh kebebasan dan tanpa aturan. Sedangkan otak kiri bersifat sistemtais, runtut, penuh pertimbangan dan njlimet.

Secara fitrah, setiap manusia akan menggunakan otak kanan dulu baru otak kiri, dalam hal apapun. Mari kita renungkan diri kita. Ketika ada teman Anda yang tulisannya banyak dimuat dalam sebuah buku, atau ebook online, pasti hati Anda juga pingin kan? Pingin agar tulisan Anda juga dimuat dalam buku yang diterbitkan. Terkadang keinginan itu begitu kuat mendesak. Nah, pada tataran ini sebenarnya yang bekerja adalah otak kanan kita. Tapi kemudian dalam beberapa detik kemudian hati kita terus bertanya, mana mungkin, apa bisa, ah... sulit nampaknya, saya kan baru belajar menullis, tentu sangat sulit ....dst. Nah, pada tataran ini otak kiri kita yang bekerja. Sehingga kemudian kita hanya berhenti di sini.

Gambaran lain, coba bayangkan ketika Anda melihat barang yang bagus di sebuah mall tentu hati Anda ingin segera memiliki barang tersebut saat itu juga, saat Anda melihat barang tersebut. Tapi kemudian otak kiri Anda akan bekerja, mungkin karena kebutuhan anda saat itu banyak, kondisi keuangan belum memungkinkan, ada barang lain yang harus diprioritaskan dan sebagainya. Akibatnya, Anda tidak jadi membeli barang tersebut.

Demikian juga dalam menulis. Pada dasarnya menulis merupakan pembagian tugas antara otak kanan dan otak kiri (meminjam kalimat Jonru, pemilik SMUO, Sekolah Menulis Online).

Mari kita telusuri otak kita dalam menulis.

Bagi pemula (seperti saya, karena belum ada karya saya yang diterbitkan, kalau ada pasti bersama dengan penulis lain), saat jari sudah di atas keyboard dan mulai memejet tombol-tombol huruf , sering terjadi kemacetan. Kemacetan itu bisa disebabkan karena bisikan-bisikan dalam diri kita. Seperti, ah kok jelek sekali ya, jangan-jangan nanti ndak dibaca orang, tema ini jangan-jangan sudah banyak yang nulis, ah males, sulit, dari awal saja sudah begini, nampaknya saya ndak bakat deh menulis. Bisikan-bisikan itu sering menyebabkan kita kemudian menutup komputer dan meninggalkan aktivitas menulis yang baru akan kita mulai. Dengan kata lain, banyak pemula yang lebih banyak mendahulukan otak kirinya dalam menulis dan menelantarkan otak kanannya. Akibatnya ia tidak jadi menulis karena banyak pertimbangan-pertimbangan yang memenuhi otak kirinya dan tragisnya akan menanamkan sikap takut untuk menulis.

Karenanya, bagi pemula terapkan kerja otak kanan dulu baru kemudian otak kiri. Mulailah menulis apapun yang Anda ingin tulis dan apapun yang melintas di pikiran saat menulis. Bahkan kemacetan saat menulis pun, bisa langsung Anda tuliskan. Pokoknya tulis dan tulis. Jangan pernah berhenti sebelum Anda memang benar-benar ingin berhenti, artinya jangan berhenti menulis kalau hanya karena pikiran anda tiba-tiba blank untuk melanjutkan tulisan. Tapi tetaplah menulis. Lho apa yang harus ditulis? Ya, apa yang melintas saat pikiran kita blank itu. Contoh konkritnya, kita baca tulisan berikut,

" ….Sebalikya, jika mereka semua kufur niscaya kekukufuran mereka tidak akan mengurangi kekuasaan dan keagungan-Nya. Salah satu nikmat itu… ( ah macet) apa lagi yang ingin aku tulis. Terasa ideku tresendaaat-sendaat. Tidak lancar. Aku sebenarnya ingn menullis begini pada kenyataannya manusia tidak mau mensyukurinya. Padahal orang seperti ini pada hakikatnya orang yang paling dangkal akalnya. Lihat saja perkataan ....(yah lupa) namanya. ... "

Ini adalah proses penulisan dokumen yang pernah saya muat di group nya orang gila PNBB, sebuah grup di facebook yang menyebarkan virus menulis siapa saja yang bergabung di dalamnya (kalau Anda mau bergabung silakan add fb saya http://facebook.com/akuedris). Bahkan beberapa nama orang yang seharusnya saya munculkan dalam tulisan itu saat menulis saya tidak ingat. Tapi saya tetap terus menulis.

Nah ketika otak kanan kita sudah selesai bekerja (menulis spontan, menulis apa saja yang akan kita tulis) baru kemudian pada saat yang lain kita baca-baca ulang tulisan kita dan mulailah kita menggunakan otak kiri kita. Ngecek bahasanya, keruntutan kalimat dan paragraf, mencarikan hal-hal yang harus dilengkapi dan sebagainya.

Pada tahapan ini sebenarnya kita sudah melakukan dua hal, yaitu membuat draft (kerja otak kanan) dan kemudian mengedit atau menyunting naskah hasil kerja otak kanan (pada tahapan ini otak kiri yang kita fungsikan)
Jika ini selalu dan selalu kita lakukan, suatu saat nanti pola pikir kita dalam menulis pasti akan terbentuk, sehingga kita bisa langsung menulis dengan mengoptimalkan langsung otak kiri kita.
Lho, kok tulisan ini nggak nyambung dengan judulnya ya? Ah, apa iya? Kalau iya gak papalah... pokoknya nulis dan nulis. Kalau ndak nyambung dengan judulnya ya nanti dicarikan kabelnya biar bisa nyambung. Tapi yang jelas bagi pemula, saat mau menulis, gunakan otak kanan dulu... baru ikuti dengan otak kiri atau kembalilah kepada fitrah manusia (hixhixhixhix….terakhir nyambung, kan… dah dicarikan kabelnya)

posted under | 0 Comments

Menulis: Antara Bakat dan Keterampilan [Proses Menulis 15]

Menulis. Banyak orang yang merasa kesulitan mempraktikkan kegiatan ini. Mereka beralasan menulis terkait dengan bakat. Tidak akan bisa menulis kalau memang seseorang tidak mempunyai bakat menulis. Sia-sia saja melakukan kegiatan ini bagi mereka yang tidak berbakat. Tetapi benarkah begitu? Benarkah, Anda yang mempunyai keinginan menjadi penulis tidak akan bisa menulis kalau memang tidak mempunyai bakat? Kita bahas dan buktikan.

posted under | 0 Comments

Hosting Gratis di Cloudflare

Hai apa kabar semuanya. Hari ini alhamdulillah aku ada waktu lagi nih untuk menulis (hihihihi malu sendiri aku pada diriku, menulis kok menunggu waktu :).
Begini sahabat proses menulis, kali ini aku akan memcoba share pengalaman mengarahkan domain berekstensi id (misal co.id, sch.id dan sebagainya) ke blogspot. Sebenarnya tidak sullit ketika kita sudah mempunyai hosting berbayarnya. Tapi kali ini yang akan saya share adalah mengarahkan domain id ke hosting gratis. Hosting gratis yang saya maksud adalah di CloudFlare.com. Semoga bisa membantu.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

posted under | 0 Comments
Older Posts

Popular Posts


Komentar Terbaru