Mati Hanya Sekali Jadikan pada Jalan Allah [Proses Menulis 11]

Asing ya dengan judul ini? Mesti terdengar asing. Soalnya yang sering terdengar dalam telinga kita ungkapan, hidup hanya sekali kok disia-siakan, Hidup hanya sekali Mbok ya untuk Kebaikan, atau sebagaimana komentar mas Zukhruf Haritsah yang mengatakan, Hidup hanya Sekali Jangan Salah Jalan. Tapi benarkah hidup itu hanya sekali? Mari kita coba renungkan perjalanan hidup manusia.

Pertama, sebelum kita ada di dunia ini, ruh kita sebenarnya sudah dicipta oleh Allah dan hidup di alam ruh.


Kedua, setelah ibu kita menghamilkan kita, pada umur 4 bulan atau sekitar 120 hari ruh tersebut ditiupkan ke rahim ibu maka mulailah kita menjalani hidup yang kedua yakni kehidupan di alam kandungan. Di alam kandungan ini pulalah kita diikat mengadakan perjanjian dengan Allah. Apa janji kita dan darimana kita tahu?

Allah, Sang Maha Pencipta telah menjelaskannya dalam Al Qur'an surat Al A'raf  ayat 172 yang artinya,

"dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Karenanya, pada dasarnya setiap bayi lahir telah mengakui sifat kerububiyan Allah. Bahkan iblis dan setiap makluk di dunia ini semua telah menyakini akan kerububiyahan Allah. Lihatlah apa yang dikatakan iblis ketika Allah melaknatnya gara-gara tidak mau tunduk pada perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Iblis berkata, "Wahai, Rabbku tunggulah sampai hari dibangkitkan" Nah, sangat jelas kan kalau iblis mengakui kerububiyahan Allah. Makanya, Ibnu Qoyyim mengatakan kalau tauhid Rubbubiyah itu belum menjamin seseorang menjadi orang yang bertauhid dengan benar karenan ternyata iblis yang dilaknat oleh Allah pun mempunyai tauhid Rubbubiyah.

Setelah selama kurang lebih sembilan bulan sepuluh hari kita kemudian dilahirkan di dunia.

Ketiga, Hidup di Dunia

Inilah babak baru dalam kehidupan kita. Babak baru karena di dunia inilah segala tingkah polah manusia akan membawa konsekuensi bahagia atau sengsara. Semua perilaku manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Coba simak firman Allah dalam QS. Al Isra' ayat 36, yang artinya;

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya"
Meski hanya sekecil debu semua akan diperhitungkan. Dan ngerinya lagi besok yang menjadi saksi bukan siapa-siapa tapi anggota badan kita sendiri. Jadi nggak bakalan dia berdusta.

"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan" (QS. Yaasin: 65)
Karenanya, hidup di dunia bukanlah main-main. Penuh dengan aral yang akan menyimpangkan manusia. Apalagi si iblis juga sudah memproklamirkan diri akan menjerumuskan manusia dari muka belakang, kanan dan kiri. Si laknat ini bahkan akan tetap menggoda manusia saat manusia sedang tidur.

Keempat, Alam Kubur atau alam Barzakh

Ketika manusia menghebuskan napasnya yang terakhir, saat itulah dia akan meninggalkan dunia (meninggal dunia dan ini hanya terjadi sekali saja dalam perjalanan hidup manusia) menuju kehidupan berikutnya yakni kehidupan di alam barzakh. Sebuah alam yang terdindingi oleh dinding yang tidak bisa ditembus oleh manusia.

Apa yang akan dialaminya?
Satu diantara dua, kalau tidak kenikmatan yang kesengsaraan. Tidak ada lagi waktu untuk beramal. Yang ada hanyalah buah dari amal kita di dunia. Jika ia termasuk orang yang mempersiapkan hidup untuk bekal kematiannya, berbahagialah dirinya. Kematian adalah tempat istirahat yang sebenarnya dari kepenatan dunia. Pagi dan petangnya hawa surga telah bisa dirasakannya. Kuburnya dilapangkan seluas mata memandang. Temannya adalah amalnya yang berubah menjadi teman yang sangat sejuk dan menyenangkan. Keadaan manusia di alam barzakh jika seperti ini laksana seorang pengantin yang sedang merasakan malam pertamanya. Begitu singkat malam itu dan tiba-tiba sudah berganti dengan siang, tiba-tiba hari kebangkitan tiba.

Sebaliknya, jika ia adalah orang yang lalai akan kematian dah hidup di dunia ia habiskan untuk memenuhi keinginan nafsunya sehingga ia mati dalam keadaan suul khatimah, sungguh penderitaan dan kesengsaraan akan ia alami sejak malaikat maut mencabut nyawanya, mengeluarkan ruh dari jasadnya. Kemudaian tatkala fitnah kubur tidak bisa ia tuntaskan, maka kuburnya akan menyempit hingga tulang rusuknya saling bersilangan. Hawa neraka pun telah ia rasakan dan tiap pagi dan petangnya ia akan diperlihatkan tempat nya di neraka kelak. Naudzubillahi min dzalik. Teman yang akan setia menemani adalah amalnya yang telah berubah menjadi makluk yang buruk rupanya dan menyebarkan aroma yang amat busuknya. Kondisinya seperti orang yang berada di dalam rumah yang terbakar, sibuk dan lelah berusaha memadamkan api yang membakar rumah dan menawarkan hawa panas pada setiap lembar kulitnya.

Kelima, Kehidupan di Akhirat

Inilah hakikat hidup yang sebenarnya. Manusia sudah tidak akan mengalami kematian lagi karena kematian telah disembelih dan tidak akan menimpa manusia lagi. Adanya hanya senang bahagia atau susah dengan penuh penderitaan. Maka kecelakaanlah bagi siapa saja yang menyia-nyiakan hidupnya di dunia dan beruntunglah bagi siapa saja yang menjadikan dunia sebagai bekal untuk kehidupan yang sebenarnya. Beruntunglah orang-orang yang matinya dalam posisi di jalan Allah penuh dengan kebaikan karena dia akan mendapatkan kenikmatan abadi yang tiada pernah terputus lagi. Kenikmatan yang sama sekali belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Yah, mati hanya sekali karenanya jadikan pada jalan Allah.


posted under |

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Popular Posts


Komentar Terbaru