Resah Pak Bojel [Proses Menulis 8]

"Maaf, Pak salah kirim". Kata-kata dalam pesan singkat yang diterima pak Bojel sangat mengganggu pikirannya. Hatinya menjadi selalu was-was. Perasaannya menjadi tidak enak tatkala wajahnya harus bertatapan dengan anggota team sukses yang lain. Tapi tentu saja ia berusaha menyembunyikan getar hati dan jiwanya. Ia memang selalu bisa berkilah.
"Oh, maaf kalau gitu. Tadi saya mau kirim SMS itu ke anak saya. Ada sesuatu yang harus aku bagikan sendiri ke pak Kirjo dan Narto. Makasih, Mas. Anggap saja SMS dari saya tadi ndak ada". Begitu pesan yang ia kirim setelah ia tahu bahwa SMS yang seharusnya ditujukan ke ketua umum team sukses Karpo, keliru terkirim ke team sukses Surawan.

Meski ia sudah mencoba mengklarifikasi dan meralat SMS tadi tapi gelisah dalam dadanya tak bisa dibendungnya. Bagaimana pun ajang PILKADES ini merupakan sumber rejeki bagi dirinya. Dengan kelihaiannya menjilat ke sana ke mari, ia bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah setiap kali PILKADES dilaksanakan. Seperti enam tahun kemarin, ia berhasil membeli sepeda motor hanya dari kelincahan mulutnya dalam berbicara. 

Ia memang sudah bilang pada semua team sukses yang ia masuki, bahwa sengaja ia masuk ke sana-kemari untuk mendapatkan informasi yang bisa ia gunakan untuk menganalisis kekuatan setiap pendukung calon kepala desa di daerahnya. Dengan demikian, ia bisa memberi masukkan kepada setiap calon kepala desa tersebut. Ya, tentu saja semua harus dibumbui dengan sedikit tipuan dan sifat bunglon harus benar-benar ia terapkan. Alhasil, hampir setiap calon kepala desa yang ada selalu menjadikan pak Bojel sebagai penasihat dari team suksesnya.

Tetapi kali ini pak Bojel merasa deg degan. Khawatir, jangan-jangan tipu-tipunya mulai tercium oleh team sukses dimana ia maenjadi penasihatnya. Ah, biar saja. Desahnya menghibur diri.

posted under |

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Popular Posts


Komentar Terbaru