Untung Aku Jujur [Proses Menulis 2]

"Mbak jangan lupa aplikasi yang bisa untuk mbaca Al Qur'an, ya." Pesanku sebelum si mbak yang berwajah putih dan ramah berbalik membelakangiku"

"O, iya mas." Jawabnya sambil terus mempersiapkan aplikasi yang akan dimasukkan ke tabletku yang baru. Tentu saja aku merasa senang sebab peralatan elektronik yang mungil ini akan sangat membantu dalam aktivitasku, baik dalam mengajar maupun berdakwah.

"Ini mas tablet nya. Garansi toko satu pekan, artinya kalau satu pekan rusak atau tidak bisa digunakan mas bawa kemari aja nanti langsung diganti, ok terima kasih.......", kata si mbak penjaga counter sambil menyerahkan tablet ke saya.

"Ya, Mbak terima kasih", jawabku.

Tablet langsung dimasukka ke dalam tas oleh, anakku. Dan segera langkahku melaju menuju ke lantai tiga untuk membeli voucher smartfren karena memang besok jatahku harus ngisi agar internet di rumahku bisa tetap sambung.

Lelah sebenarnya aku hari ini. Sejak tadi setiap naik motor seolah-olah ingin pingsan. Berkali-kali hal itu kurasakan. Tapi aku tetap ndak mau ketika anakku berkeinginan untuk menggantikan aku dalam naik motor. Apalagi kami harus bolak balik ke Jogja Tronik. Ya, ini semua gara-gara sepatu yang dipilih anakku terlalu kecil ketika dicoba di rumah. Akibatnya, begitu sampai di rumah, makan dan minum segera aku kembali ke Jogja. Tentu tujuan pertama kami adalah toko sepatu Futsal untuk menukarkan sepatu yang baru saja dibeli.

Sempat was-was juga. Was-was jangan-jangan tokonya tidak mau menukar. Tapi alhamdulillah begitu kami sampaikan bahwa sepatunya kekecilan pemilik toko langsung mengambilkan sepatu yang ukurannya lebih besar dan aku yakinkan kalau pas untuk kaki anakku.

Berikutnya aku langsung mengarahkan motorku ke Jogja Tronik. Membeli tablet. Sebenarnya kami tadi sudah ke Jogja Tronik juga nanya-nanya harga tablet dan ternyata tablet yang dimaksud anakku harganya tidak masuk dalam anggaran, uang di dompet saya tinggal 250 sementara di dompet anakku hanya ada uang 700 ribu, padahal harga terendah tablet yang ditawarkan 1 juta 25 ribu rupiah.

"Balik aja, Bah. Ambil uangku. Di rumah masih ada." Kata anakku
"Balik ? Jauh lho rumah kita. Capek sekali Abah"
"Ya, udah kapan-kapan saja".

Tapi sebelum pulang kami mencoba mencari tahu harga tablet di toko yang lain, barangkali anggaran yang ada di dompet anakku dan di dompetku bisa masuk. Beberapa toko kami datangi. Tapi semua menawarkan harga di atas 1 juta.

"Lha anggaran Mas berapa", tanya salah seorang penjaga toko yang kami kunjungi
"Di bawah satu juta. Ada mas tablet yang harga segitu?"
"Kalau yang bisa untuk nelpon ndak ada Mas"

Jawaban dari penjaga toko tadi menyakinkan dan memantapkan aku untuk segera pulanng, dan entah kapan kami bisa mewujudkan impian anakku mempunyai tablet.

Tapi begitu sampai di rumah, sepatu futsal segera dicoba dan ternyata kekecilan.

"Walah ya harus ditukarkan sekarang. Ndak bisa ditunda lagi. Dah kita ke Jogja lagi", kataku sambil menahan capek.

"Eh... Pak, Pak", tiba-tiba ada suara laki-laki yang mengejutkan aku. Hampir saja jantungku copot.
"Pak tablet tadi sudah dibayar belum?" sambungnya.
"Masya Allah, kaget aku Mas. Tak kira siapa?", sahutku. Tapi begitu mendengar pertanyaanya, refleks tanganku segera merogoh saku bajuku.
"Walah, Mas. Belum. Padahal tadi sudah tak siapkan lho. Ini. Maaf aku lupa", suaraku sambil kembali menuju toko tablet.

"Maaf, Mbak Lupa"
"Iya, Pak. Saya juga maaf ndak minta tadi"
Hemmmmm untung aku jujur.

posted under |

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Popular Posts


Komentar Terbaru